Ada banyak cara yang bisa bikin seseorang bergerak, buat gw salah satu cara terbaiknya adalah dengan terus memelihara rasa lapar.

Lahir dan tumbuh besar dari background keluarga yang secara ekonomi serba kekurangan, sampai akhirnya sekarang kondisi ekonomi kami udah lebih baik, semuanya bisa bergerak ke arah yang lebih terang, kurang lebih karena rasa lapar.

Iri dengan Kenyamanan

Ya, betul. Gw memang selalu iri, gw selalu pengen ada di posisi orang yang menurut gw hidupnya jauuuh lebih baik dari kondisi yang gw punya. Makanya, salah satu hal yang sering gw lakukan, baik secara sadar maupun gak sadar adalah membandingkan.

Gw senang sekali membandingkan kondisi yang gw punya dengan kondisi yang gw ingin, satu hal yang gw sadar adalah itulah titik pemicu dari rasa lapar yang gw punya. Rasa iri yang begitu besar atas kenyamanan, terutama yang dimiliki oleh orang-orang yang ada di sekitar gw lah yang sampai sekarang jadi bahan bakar yang bikin gw terus bergerak.

Ketika perasaan iri itu muncul, gw coba cari tahu, “Ini gw lagi berdiri di titik mana?”, “Sejauh apa jarak yang harus gw tempuh buat bisa lari ke titik yang gw pengen?”, “Apa yang gw punya yang bisa gw manfaatkan buat mempercepat langkah gw ke sana?”

Dari rasa iri akan kenyamanan ini, gw jadi punya keinginan besar buat lari secepatnya, gw jadi punya perasaan “gerah” dan “gak nyaman” dengan kondisi gw yang sekarang. Sampai titik tertentu, itulah yang selalu bantu gw untuk terus bergerak. Harapannya, tentu gw bergerak mendekat ke tujuan, bukan sebaliknya.

Bersyukur dan Diam Saja

Buat gw, ada pemahaman yang salah tentang konsep bersyukur. Batasannya tipis sekali antara menyerahkan semua ke Tuhan dengan diam dan gak melakukan apa-apa. Makanya, wajar kalau banyak orang, termasuk orang tua gw, yang merasa bahwa kita gak perlu ngelakuin apa pun, semua udah diatur Tuhan.

Bapak gw selalu menasihati gw untuk “gak mikir terlalu jauh”, “santai aja toh belum terjadi”, atau “udah gak usah dibikin pusing”.

Menariknya, gw adalah orang yang santai, tapi buat gw kalau gw pengen segara santai, yang perlu gw lakukan bukan “menunda” tapi “mengerjakannya segera”. Sampai sekarang, gw gak paham konsep santai dengan bikin semua jadi mengalir.

Oke, kalau kondisi lo udah ada di tahap yang cukup nyaman buat bikin lo menjalani hidup dengan mengalir, tapi kalau masih ada dalam kondisi yang serba kekurangan, buat gw pribadi itu semua cuma angan-angan yang lo udah tahu jawabannya bahwa itu sulit diwujudkan.

Sebagian besar orang tua cuma mau dengerin ustadz atau para pemuka agama, tapi ini poinnya, buat gw banyak pengajaran yang keliru dan masih perlu diperbaiki. Yang perlu berbenah ya semua orang, ustadz sebagai orang yang ngajarin konsep bersyukur harus paham dulu konsep benernya. Betul, syarat utama mengajari orang lain adalah paham.

Kayaknya beberapa orang berasa sudah tahu banyak hal saat baru tahu sedikit, kayaknya karena salah tafsir dari hadist tentang, “Ajarkanlah walau satu ayat”. Orang harus tahu diri sebelum ngajarin orang lain. Lo pun pasti keberatan kalau belajar bela diri tapi guru bela diri lo cuma tahu 1 jurus dan cuma pernah nyoba sekali.

Gak ada yang salah sama pendekar yang cuma belajar satu jurus, dibanding 10.000 jurus. Tapi kan kalo mau jadi pendekar, latihan 1 jurusnya gak sekali, perlu diulang-ulang juga sampai ribuan tahun biar beneran bisa jadi pendekar wkwk.

Ya, intinya semua harus berbenah biar paham bahwa bersyukur ini bukan diam aja. Ada perbedaan kentara antara diam aja dari awal dengan diam setelah melakukan banyak hal.

Rasa Lapar Bukan Buat Semua Orang (?)

Kalau ditanya, “Apakah semua orang bisa gerak dari rasa lapar?” Jawabannya gw gak tahu.

Kalo disambungkan ke konsep “rasa lapar” karena butuh makan misalnya, ada orang yang ketika lapar ya cari makan, masak, atau usaha tapi ada juga yang milih buat minta tolong mama, diem aja nahan laper, minta makanan ke orang.

Ya, gw beneran gak tahu, kalo apakah semua orang punya rasa lapar, jawabannya sih pasti punya. Tapi sesensitif apa mereka terhadap rasa lapar tersebut, jujur gw gak tahu.

Buat gw, kunci penting dari bisa lebih sensitif dengan rasa lapar sampai akhirnya bisa bergerak karena rasa lapar sih awalnya ada di tahu diri. Gw tahu nih gw miskin, tolol, pemalu, banyak gak bisanya. Semua kalo dikumpulin bikin gw sadar kalo gw perlu bergerak. Soalnya gw gak nyaman dengan kemiskinan, ketololan, rasa rendah diri, sama gak bisa apa-apa yang ada di dalam diri gw. Makanya, lahirlah bahan bakar bernama rasa lapar karena gw pengen ada di kondisi tertentu yang bikin gw ngerasa nyaman.

Menariknya, dari konsep rasa lapar ini bisa ditarik juga ke arah ketidakpuasan manusia.

Gw tahu bahwa manusia gak pernah puas. Itu yang keren, jadi selama manusia masih hidup, rasa laparnya akan terus ada dan menyala. Bawa gw naik dari satu tangga ke tangga yang lebih atas lagi.